Tuesday, June 19, 2018

CERITA HAJI 6 : KARPET MERAH RAUDOH, TAMAN SURGA ITU KARPET HIJAU


KARPET MERAH RAUDHOH
Raudhah, ialah satu tempat yang sangat mulia di dalam Masjid Nabawi. Selain menjadi lokasi Rasulullah SAW dan para sahabatnya beribadah dan tempat turunnya wahyu kepada baginda, ia juga merupakan taman syurga berdasarkan hadis Nabi.
“Ruang antara rumahku dan mimbarku adalah satu taman daripada taman-taman syurga. Dan mimbarku terletak di atas kolamku”
Kedudukan Raudhah adalah di antara rumah Rasulullah SAW dan Sayyidatina Aisyah RA dengan mimbarnya. Panjangnya ialah 26 meter jika diukur dari timur bermula dari rumah tersebut hingga ke mimbar di sebelah baratnya. Tetapi sekarang hanya tinggal 22 meter kerana telah disekat dengan pagar makam. Lebarnya pula 15 meter bermula dari Mihrab Rasulullah SAW di sebelah selatan hingga ke akhir rumah tersebut di sebelah utara mengikut pendapat yang masyhur di kalangan ulama’. Sebagai tanda, tempat ini dihampari dengan karpet berwarna putih hijau.

Hari pertama di Madinah, tidak ada kegiatan berarti. Jadi kami hanya ke Masjid Nabawi, sholat , makan dan hotel. Tapi sebagian dari jemaah haji kloter kami tidak tinggal diam dan kebanyakan mereka jalan-jalan ke dalam masjid Nabawi, berbelanja di kedai-kedai yang berada di dekat hotel dimana kami menginap.

Tibalah malam hari, dimana biasanya berjalan ke Masjid beserta rombongan dengan Pak Anto dan Pak Ahmad, tapi kali ini tidak karena saya malam itu terbangun sekitar pukul 2 malam. Kulihat rekan satu kamar masih pada tidur dan tidak enak pula rasanya untuk membangunkan mereka. Akhirnya saya keluar hotel dan menuju ke Masjid Nabawi.

Saya mempunyai kebiasaan bangun jam 3 pagi atau tidur tidak cukup dimana keseharian saya di Canberra bekerja mulai jam 4 pagi. Jadi mau tak mau saya tidur sekitar 4-5 jam sehari di hari kerja tapi kalau weeked bangunnya rada siang. Kebiasaan tersebut terbawa juga di Makkah dan Madinah.  Tapi saya bersyukur kepada Allah karena saya bisa tidur sedikit dan diberi keluasaan dalam menjalankan ibadah Haji.

Tapi disamping karena kebiasaan bangun lebih awal, saya juga mendapat masukan dari Ustaz Nur Ihsan Jundullah sewaktu masih belum berangkat Haji.

“Kalau di Makkah dan Di Madinah itu malam jadi siang dan siang jadi malam. Karena kebanyakan orang beribadah di malam hari dan tidur di siang hari. Jadi kebanyakan Jemaah Haji pada malam hari ke Masjid Nabawi untuk Ibadah kepada Allah dan Siang hari tidur di hotel. “

“Lagipun saying bilamana sudah berada di Makkah dan di Madinah kerjanya hanya tidur dan di hotel. Lebih baik habiskan waktu di masjid pada malam hari.”

Kata-kata ustaz Nur Ihsan tersebut seakan-akan membuat saya berkeingin melakukan hal seperti yang disampaikan ustaz ihsan, yaitu malam di masjid dan siang di Hotel.

Sepanjang perjalanan dari Hotel menuju ke Masjid Nabawi, memang terlihat banyak toko-toko sudah pada tutup tapi tetap saja ramai orang berlalu lalang. Jarak Hotel yang kami tempati tidaklah begitu jauh dari Masjid. Mungkin sekitar 100-200 meter saja. Setelah tiba di dalam masjid Nabawi, saya langsung melaksanakan sholat Isha dan dilanjutkan dengan sholat tahajjud. Memang kadang kebasaan jelek saya adalah saya selalu menunda-nunda sholat isha agar saya bisa bangun di malam hari dan sekaligus bisa mengerjakan sholat tahajjud.

Setelah melaksanakan sholat tahajjud, selanjutnya saya lupa apakah saya membaca Al Qur’an atau langsung mengitari masjid Nabawi. Banayk terlihat orang yang tidur di Masjid Nabawi dan Nampak masjid nabawi ditutup sebagian dimana agar memudahkan para cleaning service untuk membersihkan karpet yang ada di dalam masjid. Sejauh berjalan akhirnya saya menuju ke Raudhoh, terlihat banyak orang-orang berkerumun di sisi sebelah kiri mimbar dan terlihat antrian begitu banyak. Saya mencoba masuk ke dalam raudhoh lewat depan tapi disuruh oleh askar agar ke samping. Akhirnya saya ikutan antri dan dengan semboyan “nothing to loose” kalau bisa masuk yach syukur dan kalau tak bisa masuk yach tak apa-apa, karena besok pun bakal bareng rombongan masuk ke Raudhah lagipun saya tidak begitu paham apa yang harus saya baca selama berada di dalam raudhoh, yang saya tahu hanyalah sholat sunnah dan berdo’a. saya bermaksud untuk mendoakan teman-teman yang masih belum bisa berangkat ke Madinah agar bisa dipermudah urusannya.

Ada sekitar 6 orang yang masalah dengan pasportnya dimana system di kedutaan Arab Saudi di Canberra tidak bisa membaca barcode yang ada di passport mereka. Sehingga akhirnya mereka tertahan. Saya lupa nama-nama mereka dan sempat saya sms Istri saya atau siapa untuk menanyakan nama ke enam orang tersebut. Akhirnya setelah antri menunggu sekitar setengah jam, akhirnya tirai dibuka dan orang-orang pada berlarian sehingga bikin saya heran dan berpikir”apa yang mereka kejar?”

Mungkin posisi , mereka mengejar posisi yang pas untuk bisa sholat di dalam raudhoh. Dan saya hanya berjalan santai dan saya lihat ada posisi kosong di karpet warna merah dekat tirai, akhirnya saya sholat di sana, saya sholat sunnat beberapa rakaat dan berdoa untuk keluarga dan orang tua yang meninggal. Tak terasa air mata menetes tiada henti. Akhirnya saya menangis. Bisa dikatakan berada di Raudhoh atau berada di Masjid Nabawi bikin menangis dengan mudah.

Saya pun membaca doa untuk enam orang yang belum bisa berangkat agar dimudahkan urusannya dan agar bisa berada di tanah suci madinah seperti saya. Tak terasa air mata menetes untuk kesekian kalinya.

Setelah selesai berdo’a saya keluar dari raudhoh padahal saya lihat masih banyak orang yang sholat sunah disana dan tidak mau meninggalkan Raudhoh sebelum masa waktu berakhir dan nampaknya setiap berada di raudhoh itu sekita 20 menit. Setelah lewat 20 menit barulah kita diusir untuk keluar karena masih banyak orang yang ingin berada di raudhoh. Setelah keluar Raudhoh saya masuk ke dalam masjid nabawi sambil melaksanakan sholat sunnah dan sholat penutup yaitu sholat witir dan setelah subuh saya kembali ke hotel untuk tidur kembali.

Sekitar pukul 8 pagi saya bertemu dengan ustaz Ferry di sela-sela sarapan pagi dan bertanya mengenai keberadaan enam orang yang tertahan tersebut dan Beliau jawab “Belum ada khabar. Tapi saya dan Pak Berry ke Raudhoh untuk mendoakan agar dimudahkan urusan ke enam orang ini”

“Saya pun semalam ke raudhoh juga, Pak” cakap saya.

“Di raudhoh, duduk di karpet mana? Hijau atau Merah? Tanya beliau

Saya jawab,”Karpet merah, emang kenapa?”

“Kalau Raudho itu karpet warna Hijau da itulah Taman Surga,”kata ustaz Ferry.

Akhirnya saya terbengong-bengong mendengar perkataan ustaz tersebut karena saya beranggapan bahwa yang di dalam pagar itu adalah raudhoh tanpa melihat warna karpetnya, Hijau atau Merah. Ada rasa menyesal kala itu kenapa saya duduk di karpet merah dan bukan warna hijau. Jadi apa yang saya kerjakan kala itu adalah sia-sia belaka dan mungkin do’a saya tidak sampai ke Allah dan berniat untuk berdo’a kembali di atas karpet hijau bilamana berada di Raudhoh.

“Berarti saya belum masuk Raudhoh yach Pak?” Tanya saya

“Iya , Pak..Tapi nanti malam kita bersama rombongan mau masuk raudhoh. Nanti saya kasih tahu.” Kata ustaz menghibur saya.

Tapi setelah sore hari, kami mendapat khabar bahwa keenam orang tersebut bisa berangkat karena pasportnya sudah bisa terbaca oleh system. Mereka bisa berangkat Hari Rabu dari Sydney menuju ke Madinah setelah transit di Jakarta.

Intinya hanyalah Allah yang tahu niatan hati kita untuk memohon kepada agar diberikan segala kemudahan demi niatan untuk mendatangi rumah Allah saat menunaikan ibadah  Haji.

No comments:

Post a Comment