KARPET MERAH RAUDHOH
Raudhah, ialah satu tempat
yang sangat mulia di dalam Masjid Nabawi. Selain menjadi lokasi Rasulullah SAW
dan para sahabatnya beribadah dan tempat turunnya wahyu kepada baginda, ia juga
merupakan taman syurga berdasarkan hadis Nabi.
“Ruang antara rumahku dan
mimbarku adalah satu taman daripada taman-taman syurga. Dan mimbarku terletak
di atas kolamku”
Kedudukan Raudhah adalah di antara rumah Rasulullah SAW dan Sayyidatina
Aisyah RA dengan mimbarnya. Panjangnya ialah 26 meter jika diukur dari timur
bermula dari rumah tersebut hingga ke mimbar di sebelah baratnya. Tetapi
sekarang hanya tinggal 22 meter kerana telah disekat dengan pagar makam.
Lebarnya pula 15 meter bermula dari Mihrab Rasulullah SAW di sebelah selatan
hingga ke akhir rumah tersebut di sebelah utara mengikut pendapat yang masyhur
di kalangan ulama’. Sebagai tanda, tempat ini dihampari dengan karpet berwarna
putih hijau.
Hari
pertama di Madinah, tidak ada kegiatan berarti. Jadi kami hanya ke Masjid
Nabawi, sholat , makan dan hotel. Tapi sebagian dari jemaah haji kloter kami
tidak tinggal diam dan kebanyakan mereka jalan-jalan ke dalam masjid Nabawi,
berbelanja di kedai-kedai yang berada di dekat hotel dimana kami menginap.
Tibalah
malam hari, dimana biasanya berjalan ke Masjid beserta rombongan dengan Pak
Anto dan Pak Ahmad, tapi kali ini tidak karena saya malam itu terbangun sekitar
pukul 2 malam. Kulihat rekan satu kamar masih pada tidur dan tidak enak pula
rasanya untuk membangunkan mereka. Akhirnya saya keluar hotel dan menuju ke
Masjid Nabawi.
Saya
mempunyai kebiasaan bangun jam 3 pagi atau tidur tidak cukup dimana keseharian
saya di Canberra bekerja mulai jam 4 pagi. Jadi mau tak mau saya tidur sekitar
4-5 jam sehari di hari kerja tapi kalau weeked bangunnya rada siang. Kebiasaan
tersebut terbawa juga di Makkah dan Madinah.
Tapi saya bersyukur kepada Allah karena saya bisa tidur sedikit dan
diberi keluasaan dalam menjalankan ibadah Haji.
Tapi
disamping karena kebiasaan bangun lebih awal, saya juga mendapat masukan dari
Ustaz Nur Ihsan Jundullah sewaktu masih belum berangkat Haji.
“Kalau
di Makkah dan Di Madinah itu malam jadi siang dan siang jadi malam. Karena
kebanyakan orang beribadah di malam hari dan tidur di siang hari. Jadi
kebanyakan Jemaah Haji pada malam hari ke Masjid Nabawi untuk Ibadah kepada
Allah dan Siang hari tidur di hotel. “
“Lagipun
saying bilamana sudah berada di Makkah dan di Madinah kerjanya hanya tidur dan
di hotel. Lebih baik habiskan waktu di masjid pada malam hari.”
Kata-kata
ustaz Nur Ihsan tersebut seakan-akan membuat saya berkeingin melakukan hal
seperti yang disampaikan ustaz ihsan, yaitu malam di masjid dan siang di Hotel.
Sepanjang
perjalanan dari Hotel menuju ke Masjid Nabawi, memang terlihat banyak toko-toko
sudah pada tutup tapi tetap saja ramai orang berlalu lalang. Jarak Hotel yang
kami tempati tidaklah begitu jauh dari Masjid. Mungkin sekitar 100-200 meter
saja. Setelah tiba di dalam masjid Nabawi, saya langsung melaksanakan sholat
Isha dan dilanjutkan dengan sholat tahajjud. Memang kadang kebasaan jelek saya
adalah saya selalu menunda-nunda sholat isha agar saya bisa bangun di malam
hari dan sekaligus bisa mengerjakan sholat tahajjud.
Setelah
melaksanakan sholat tahajjud, selanjutnya saya lupa apakah saya membaca Al
Qur’an atau langsung mengitari masjid Nabawi. Banayk terlihat orang yang tidur
di Masjid Nabawi dan Nampak masjid nabawi ditutup sebagian dimana agar
memudahkan para cleaning service untuk membersihkan karpet yang ada di dalam
masjid. Sejauh berjalan akhirnya saya menuju ke Raudhoh, terlihat banyak
orang-orang berkerumun di sisi sebelah kiri mimbar dan terlihat antrian begitu
banyak. Saya mencoba masuk ke dalam raudhoh lewat depan tapi disuruh oleh askar
agar ke samping. Akhirnya saya ikutan antri dan dengan semboyan “nothing to
loose” kalau bisa masuk yach syukur dan kalau tak bisa masuk yach tak apa-apa,
karena besok pun bakal bareng rombongan masuk ke Raudhah lagipun saya tidak
begitu paham apa yang harus saya baca selama berada di dalam raudhoh, yang saya
tahu hanyalah sholat sunnah dan berdo’a. saya bermaksud untuk mendoakan
teman-teman yang masih belum bisa berangkat ke Madinah agar bisa dipermudah
urusannya.
Ada
sekitar 6 orang yang masalah dengan pasportnya dimana system di kedutaan Arab
Saudi di Canberra tidak bisa membaca barcode yang ada di passport mereka.
Sehingga akhirnya mereka tertahan. Saya lupa nama-nama mereka dan sempat saya
sms Istri saya atau siapa untuk menanyakan nama ke enam orang tersebut.
Akhirnya setelah antri menunggu sekitar setengah jam, akhirnya tirai dibuka dan
orang-orang pada berlarian sehingga bikin saya heran dan berpikir”apa yang
mereka kejar?”
Mungkin
posisi , mereka mengejar posisi yang pas untuk bisa sholat di dalam raudhoh.
Dan saya hanya berjalan santai dan saya lihat ada posisi kosong di karpet warna
merah dekat tirai, akhirnya saya sholat di sana, saya sholat sunnat beberapa
rakaat dan berdoa untuk keluarga dan orang tua yang meninggal. Tak terasa air
mata menetes tiada henti. Akhirnya saya menangis. Bisa dikatakan berada di
Raudhoh atau berada di Masjid Nabawi bikin menangis dengan mudah.
Saya
pun membaca doa untuk enam orang yang belum bisa berangkat agar dimudahkan urusannya
dan agar bisa berada di tanah suci madinah seperti saya. Tak terasa air mata
menetes untuk kesekian kalinya.
Setelah
selesai berdo’a saya keluar dari raudhoh padahal saya lihat masih banyak orang
yang sholat sunah disana dan tidak mau meninggalkan Raudhoh sebelum masa waktu
berakhir dan nampaknya setiap berada di raudhoh itu sekita 20 menit. Setelah
lewat 20 menit barulah kita diusir untuk keluar karena masih banyak orang yang
ingin berada di raudhoh. Setelah keluar Raudhoh saya masuk ke dalam masjid
nabawi sambil melaksanakan sholat sunnah dan sholat penutup yaitu sholat witir
dan setelah subuh saya kembali ke hotel untuk tidur kembali.
Sekitar
pukul 8 pagi saya bertemu dengan ustaz Ferry di sela-sela sarapan pagi dan
bertanya mengenai keberadaan enam orang yang tertahan tersebut dan Beliau jawab
“Belum ada khabar. Tapi saya dan Pak Berry ke Raudhoh untuk mendoakan agar
dimudahkan urusan ke enam orang ini”
“Saya
pun semalam ke raudhoh juga, Pak” cakap saya.
“Di
raudhoh, duduk di karpet mana? Hijau atau Merah? Tanya beliau
Saya
jawab,”Karpet merah, emang kenapa?”
“Kalau
Raudho itu karpet warna Hijau da itulah Taman Surga,”kata ustaz Ferry.
Akhirnya
saya terbengong-bengong mendengar perkataan ustaz tersebut karena saya
beranggapan bahwa yang di dalam pagar itu adalah raudhoh tanpa melihat warna
karpetnya, Hijau atau Merah. Ada rasa menyesal kala itu kenapa saya duduk di
karpet merah dan bukan warna hijau. Jadi apa yang saya kerjakan kala itu adalah
sia-sia belaka dan mungkin do’a saya tidak sampai ke Allah dan berniat untuk
berdo’a kembali di atas karpet hijau bilamana berada di Raudhoh.
“Berarti
saya belum masuk Raudhoh yach Pak?” Tanya saya
“Iya
, Pak..Tapi nanti malam kita bersama rombongan mau masuk raudhoh. Nanti saya
kasih tahu.” Kata ustaz menghibur saya.
Tapi
setelah sore hari, kami mendapat khabar bahwa keenam orang tersebut bisa
berangkat karena pasportnya sudah bisa terbaca oleh system. Mereka bisa
berangkat Hari Rabu dari Sydney menuju ke Madinah setelah transit di Jakarta.
Intinya
hanyalah Allah yang tahu niatan hati kita untuk memohon kepada agar diberikan
segala kemudahan demi niatan untuk mendatangi rumah Allah saat menunaikan ibadah
Haji.
No comments:
Post a Comment