Monday, June 18, 2018

CERITA HAJI 3 : VISIT FAMILY IN INDONESIA SEBELUM KE MADINAH


Kami berangkat ke Indonesia dahulu sebelum berangkat ke Madinah dikarenakan dari Raudoh Hajj sendiri yang membuat rencana seperti itu dengan alasan agar kami, jemaah haji bisa berkumpul dengan keluarga sebelum berangkat haji. Jadi setelah kami berkumpul dengan keluarga dan di Hari Sabtu, 13 September 2014, kami berkumpul di Hotel Millenium Tanah Abang Jakarta sebelum berangkat secara resmi ke Tanah Suci. 

      Setibanya kami di Bandara Soekarno Hatta, Kami langsung menuju ke Perumahan Bumi Serpong Damai Tanggerang untuk bermalam di rumah kakak saya dimana di rumah kakak saya pun sudah ada ibu dan adik-adik saya untuk bertemu dengan saya sebelum saya berangkat Haji. Bermaaf-maaf an dan meminta izin ibu saya, agar dipermudah untuk melaksanakan ibadah Haji. Bapak saya sudah lama meninggal yaitu di bulan Oktober 2003. 

     Di Hari Jum’at, di rumah kakak saya, diadakan syukuran Haji yaitu silaturahmi dengan keluarga baik yang ada di Bogor, di Serang maupun di Palembang, juga mengundang jiran tetangga kakak saya. Penceramah yang hadir dalam memberikan tausiah kepada kami, sedikit banyak menebalkan hati saya untuk tidak takut untuk naik haji. Dimana isi ceramahnya bercerita mengenai seorang ulama besar tapi merasa keimanannya dan akhlaknya lebih baik dari orang yang dilihatnya,

    Suatu hari di tepi sungai Dajlah, Hasan al-Basri melihat seorang pemuda duduk berdua-duaan dengan seorang perempuan. Di sisi mereka terletak sebotol arak.

Kemudian Hasan berbisik dalam hati,

"Alangkah buruk akhlak orang itu & baiknya kalau dia seperti aku!" Tiba-tiba Hasan melihat sebuah perahu di tepi sungai yang sedang tenggelam. Lelaki yang duduk di tepi sungai tadi segera terjun utk menolong penumpang perahu yang hampir lemas karena karam.


Enam dari tujuh penumpang itu berhasil diselamatkan.
Kemudian dia berpaling ke arah Hasan al-Basri dan berkata,

"Jika engkau memang lebih mulia daripada saya, maka dengan nama Allah, selamatkan seorang lagi yang belum sempat saya tolong. Engkau diminta untuk menyelamatkan satu orang saja, sedang saya telah menyelamatkan enam orang." Bagaimanapun Hasan al-Basri gagal menyelamatkan yang seorang itu. Maka lelaki itu berkata padanya,



"Tuan, sebenarnya perempuan yg duduk di samping saya ini adalah ibu saya sendiri, sedangkan botol itu hanya berisi air biasa, bukan anggur atau arak." Hasan al-Basri terpegun lalu berkata,

"Kalau begitu, sebagaimana engkau telah menyelamatkan enam orang tadi dari bahaya tenggelam ke dalam sungai, maka selamatkanlah saya dari tenggelam dlm kebanggaan dan kesombongan." Lelaki itu menjawab,
"Mudah-mudahan Allah mengabulkan permohonan tuan."

Semenjak itu, Hasan al-Basri semakin & selalu merendahkan hati bahkan ia menganggap dirinya sebagai makhluk yg tdk lebih dari orang lain.


Jika Allah membukakan pintu solat tahajud utk kita, janganlah lantas kita memandang rendah saudara seiman yg sedang tertidur nyenyak.

Jika Allah membukakan pintu puasa sunat, janganlah lantas kita memandang rendah saudara seiman yang tidak ikut berpuasa sunat.

Boleh jadi orang yang gemar tidur & jarang melakukan puasa sunat itu lebih dekat dengan Allah, daripada diri kita.

Ilmu Allah sangat amatlah luas.



Jangan pernah ujub & sombong pada amalanmu.

Semoga kita terhindar dr sikap bangga diri, sombong, ujub dgn amalan kita sendiri. Sekali-kali jangan pernah berkata "Aku lebih baik dari pada kamu."
     
     Setelah mendengar ceramah itu, saya berkeyakinan untuk tetap semangat yang intinya saya naik haji ke tanah suci Makkah adalah untuk memenuhi panggilan Allah. “Labaik Allah Humma Labaik” Saya merasa bahwa hanya Allah lah yang bisa mengukur ibadah seseorang dan kita sebagai manusia hanyalah menjalani perintah Nya dan menjauhi larangan Nya. Tidak ada manusia yang bisa menilai ibadah seseorang kecuali diri manusia itu sendiri. Jadi walau saya merasa ibadah saya masih kurang, tapi siapa tahu Allah memberikan kemudahan bagi saya dan istri saya saat menjalani ibadah haji dengan kebaikan-kebaikan dan sedekah yang saya lakukan.

     
Sebenarnya niatan saya naik haji adalah ingin menemani istri saya naik haji dan menjaga muhrim istri saya, karena kasihan kalau dia sendirian selama sebulan disana dan Alhamdulillah Allah mengabulkan do’a saya. Setelah itu niatan lainnya adalah ingin berbuat baik selama saya menunaikan ibadah haji dan mencari pahala selama di tanah suci. Tapi yang akhirnya niatan yang paling kuat walaupun tidak kuat amat karena ada rasa takut yaitu untuk memenuhi panggilan Allah.

      Hari Sabtu, 13 September 2014 jam 1 siang, kami datang ke Hotel Millenium Tanah Abang Jakarta untuk bermalam selama satu malam sebelum berangkat Haji. Dan saya sekamar dengan istri saya, mungkin tujuan pihak panitia adalah agar kami bisa menikmati malam pengantin sebelum kami dihadapkan tugas-tugas berat saat menjalankan ibadah haji.

Di dalam kamar istriku berkata ,
” Mas aku ingin focus ibadah kepada Allah selama berada di Tanah Suci dan mohon mas bisa mengerti.”

Aku terkejut mendengar kata-kata istriku dan saya hanya bisa menjawab dengan jawaban ,”Ya”. Walau dalam hati berkata memangnya bisa macem-macem selama menunaikan ibadah haji? 

     “Mas pun pengen juga beribadah dengan baik selama berada menjalankan ibadah haji” Jawab saya. Padahal sebenarnya pengen juga kumpul bareng istri selama di Arab Saudi (ya sudahlah…red)

Tapi sebenarnya perkataan istri saya itu adalah di dalam kekhawatiran bahwa dia tidak bisa menjalankan ibadah haji secara penuh mengingat dia adalah perempuan dan kadang waktu datang bulan (menstruasi) sudah diprediksi bahwa akan datang saat kami menjalankan ibadah haji dan selama kami berada di Makkah. Walaupun istri saya makan obat untuk menjaga agar tidak menstruasi, tetap saja rasa kekhawatiran itu ada. Saya pun mendoakan agar istri saya bisa tetap bertahan untuk menstruasi selama menjalankan ibadah haji.

         Sabtu Sore itu kami melaksanakan Manasik Haji yang terakhir di Indonesia. Dalam Manasik Haji diajarkan cara-cara untuk melaksanakan rukun Haji, wajib haji dan juga aktifitas keseharian selama di Tanah Suci Makkah dan Madinah. Sebelum Manasik Haji berakhir, ditutup dengan do’a oleh ustaz yang memberikan pembekalan kepada kami. Banyak teman-teman jemaah haji yang menangis mendengar do’a-do’a yang diucapkan tapi anehnya saya tidak menangis dan hanya bisa melongo dan memperhatikan kenapa orang dengan mudahnya menangis. Dan dari manasik haji itu akhirnya kami mendapat info bahwa ada 5-6 orang yang belum selesai visanya dan tidak bisa berangkat bareng kami besok ke Madinah. Jadi Ustaz Ari yang rencananya berangkat bersama kami besok, akhirnya tetap tinggal di Jakarta sambil menunggu 5-6 orang yang masih berada di Australia. 

      Setelah selesai Manasik Haji, kami pun makan malam dan setelah itu kami pun beristirahat untuk bersiap-siap melaksanakan perjalanan jauh ke Madinah. 

      Hari Minggu, 14 September, sebelum subuh tiba, kami melaksanakan sholat Tahajjud bersama-sama dan banyak juga jemaah haji yang hadir di musholla. Di samping memohon agar diberi kelancaran dalam menjalankan ibadah haji juga agar diberi kemudahan kepada 5-6 orang teman jemaah haji yang masih belum selesai proses visa hajinya. Dan setelah sarapan pagi kami bersiap-siap untuk berangkat Bandara Soekarno Hatta dan jadwal kumpulnya jam 11 siang. Saya sempatkan diri jalan-jalan ke Pasar Tanah Abang untuk mencari sesuatu dan sekalian mencari makanan Jakarta. Tapi karena masih pagi, jarang toko yang buka dan juga itu hari minggu jadi daerah sekitar Tanah Abang masih sepi dari pengunjung.

         Akhirnya saya memutuskan untuk kembali ke Hotel karena khawatir akan terlambat dan setidak-tidaknya bisa istirahat sebentar di kamar hotel sebelum kumpul. Istriku tidak mau diajak ke tanah abang karena nampaknya dia lebih focus ke ibadah. Karena saat aku tinggalkan di kamar, dia sedang mengaji. Dan saya tidak mau mengganggu kekhusukan istriku dalam beribadah.

         Pukul 11 siang kami berkumpul di Lobby Hotel Mellinium untuk absensi sebelum berangkat ke Bandara Soekarno Hatta. Kami tidak membawa koper-koper kami dimana koper-koper kami sudah berangkat lebih dahulu ke Bandara agar mudah dalam pengurusannya. Jadi hanyalah tas ransel dan tas kecil lainnya yang kami bawa di dalam pesawat nantinya. Sebelum berangkat kami pun berdo’a kembali agar 5-6 orang teman kami yang satu rombongan yang masih belum beres urusan visa hajinya segera diperlancarkan dan bisa berangkat haji secepatnya. Dan lagi-lagi saya tidak menangis diantara jemaah lain nya yang menangis. Mereka begitu khusuknya mendengarkan do’a dari Ustaz Ari sehingga mereka bisa menangis sedangkan saya lagi-lagi belum bisa khusuk berdo’a dan bisa menangis. Jadi kadang merasa tidak enak juga jadinya.

      Akhirnya kami berangkat dengan menggunakan dua bus menuju ke Bandara dan rupanya ada satu jemaah haji yang tertinggal di hotel karena Beliau itu sakit dan berangkat sendirian. Dan kami tahunya dari petugas hotel yang menghubungi salah satu pihak Raudoh. Tapi untunglah ada ada jemaah yang mempunyai saudara yang saat itu juga mengiringi bus kami, jadi keluarga jemaah haji itu kembali ke hotel untuk menjemput jemaah yang tertinggal tadi sedangkan bus kami menunggu di pinggir jalan. Setelah proses penjemputan selesai dan jemaah yang tertinggal itu naik bus, kami pun melaksanakan perjalanan kami ke Bandara sambil membaca “Labaik Allah Humma Labaik, Labaik Sarikala Labaik, Innal Hamda Wannikmata Walakal Mul Lasari Kala”

        Setiba di Bandara, kami berpencar untuk mencari makan dan juga menukar uang dollar Australia ke uang rupiah, khusus untuk makan. Setelah sholat Zuhur dijamak dengan sholat Azar, kami pun berkumpul kembali dan selalu saja saya sempatkan bersedekah baik di musholla maupun di penjaga toilet, tujuan saya bersedekah adalah berharap amal ibadah saya itu akan menjaga saya dan istri saya selama saya berada di Tanah Suci.

      Setelah proses imigrasi selesai , kami masuk ke ruang tunggu tapi sebelumnya kami sempatkan diri untuk makan malam di sekitaran Bandara dan tentunya tidak aneh bilamana harga makanan disana sama kayak harga makanan di Australia, tapi karena kami perlu makan malam, akhirnya kami santap juga makanan kami. Tapi istri saya marah dengan saya , akibat dari menu makanan yang saya makan , dimana saya memesan Tom Yam, nasi dan minuman kopi Gingseng. Dimana makanan itu tidak seharusnya dimakan saat melaksanakan perjalanan jauh menggunakan pesawat. Tapi saya cuek saja dan tetap saja makan makanan yang saya pesan. 

      Setelah masuk ke ruang tunggu, akhirnya kami berangkat menuju ke Madinah tapi kami transit dahulu di Abu Dhabi. Tapi kami tidak memakan pakaian ihram karena pesawat kami tidak melewati Miqat. Kami menggunakan pesawat Itihat Airlines.

No comments:

Post a Comment