Kami berangkat
ke Indonesia dahulu sebelum berangkat ke Madinah dikarenakan dari Raudoh Hajj
sendiri yang membuat rencana seperti itu dengan alasan agar kami, jemaah haji
bisa berkumpul dengan keluarga sebelum berangkat haji. Jadi setelah kami
berkumpul dengan keluarga dan di Hari Sabtu, 13 September 2014, kami berkumpul
di Hotel Millenium Tanah Abang Jakarta sebelum berangkat secara resmi ke Tanah
Suci.
Setibanya
kami di Bandara Soekarno Hatta, Kami langsung menuju ke Perumahan Bumi Serpong
Damai Tanggerang untuk bermalam di rumah kakak saya dimana di rumah kakak saya
pun sudah ada ibu dan adik-adik saya untuk bertemu dengan saya sebelum saya
berangkat Haji. Bermaaf-maaf an dan meminta izin ibu saya, agar dipermudah
untuk melaksanakan ibadah Haji. Bapak saya sudah lama meninggal yaitu di bulan
Oktober 2003.
Di
Hari Jum’at, di rumah kakak saya, diadakan syukuran Haji yaitu silaturahmi
dengan keluarga baik yang ada di Bogor, di Serang maupun di Palembang, juga
mengundang jiran tetangga kakak saya. Penceramah yang hadir dalam memberikan
tausiah kepada kami, sedikit banyak menebalkan hati saya untuk tidak takut
untuk naik haji. Dimana isi ceramahnya bercerita mengenai seorang ulama besar
tapi merasa keimanannya dan akhlaknya lebih baik dari orang yang dilihatnya,
Suatu hari
di tepi sungai Dajlah, Hasan al-Basri melihat seorang pemuda duduk berdua-duaan
dengan seorang perempuan. Di sisi mereka terletak sebotol arak.
Kemudian
Hasan berbisik dalam hati,
"Alangkah buruk akhlak orang itu & baiknya kalau dia seperti
aku!" Tiba-tiba Hasan melihat sebuah perahu di tepi sungai yang sedang
tenggelam. Lelaki yang duduk di tepi sungai tadi segera terjun utk menolong
penumpang perahu yang hampir lemas karena karam.
Enam
dari tujuh penumpang itu berhasil diselamatkan.
Kemudian
dia berpaling ke arah Hasan al-Basri dan berkata,
"Jika engkau memang lebih mulia daripada saya, maka dengan nama Allah,
selamatkan seorang lagi yang belum sempat saya tolong. Engkau diminta untuk
menyelamatkan satu orang saja, sedang saya telah menyelamatkan enam
orang." Bagaimanapun Hasan al-Basri gagal menyelamatkan yang seorang itu.
Maka lelaki itu berkata padanya,
"Tuan, sebenarnya perempuan yg duduk di samping saya ini adalah ibu saya
sendiri, sedangkan botol itu hanya berisi air biasa, bukan anggur atau
arak." Hasan al-Basri terpegun lalu berkata,
"Kalau
begitu, sebagaimana engkau telah menyelamatkan enam orang tadi dari bahaya
tenggelam ke dalam sungai, maka selamatkanlah saya dari tenggelam dlm
kebanggaan dan kesombongan." Lelaki itu menjawab,
"Mudah-mudahan
Allah mengabulkan permohonan tuan."
Semenjak itu, Hasan al-Basri semakin & selalu merendahkan hati bahkan ia
menganggap dirinya sebagai makhluk yg tdk lebih dari orang lain.
Jika
Allah membukakan pintu solat tahajud utk kita, janganlah lantas kita memandang
rendah saudara seiman yg sedang tertidur nyenyak.
Jika
Allah membukakan pintu puasa sunat, janganlah lantas kita memandang rendah
saudara seiman yang tidak ikut berpuasa sunat.
Boleh
jadi orang yang gemar tidur & jarang melakukan puasa sunat itu lebih dekat
dengan Allah, daripada diri kita.
Ilmu Allah sangat amatlah luas.
Jangan pernah ujub & sombong pada amalanmu.
Semoga
kita terhindar dr sikap bangga diri, sombong, ujub dgn amalan kita sendiri.
Sekali-kali jangan pernah berkata "Aku lebih baik dari pada kamu."
Setelah
mendengar ceramah itu, saya berkeyakinan untuk tetap semangat yang intinya saya
naik haji ke tanah suci Makkah adalah untuk memenuhi panggilan Allah. “Labaik
Allah Humma Labaik” Saya merasa bahwa hanya Allah lah yang bisa mengukur ibadah
seseorang dan kita sebagai manusia hanyalah menjalani perintah Nya dan menjauhi
larangan Nya. Tidak ada manusia yang bisa menilai ibadah seseorang kecuali diri
manusia itu sendiri. Jadi walau saya merasa ibadah saya masih kurang, tapi
siapa tahu Allah memberikan kemudahan bagi saya dan istri saya saat menjalani
ibadah haji dengan kebaikan-kebaikan dan sedekah yang saya lakukan.
Hari
Sabtu, 13 September 2014 jam 1 siang, kami datang ke Hotel Millenium Tanah
Abang Jakarta untuk bermalam selama satu malam sebelum berangkat Haji. Dan saya
sekamar dengan istri saya, mungkin tujuan pihak panitia adalah agar kami bisa
menikmati malam pengantin sebelum kami dihadapkan tugas-tugas berat saat
menjalankan ibadah haji.
Di
dalam kamar istriku berkata ,
”
Mas aku ingin focus ibadah kepada Allah selama berada di Tanah Suci dan mohon
mas bisa mengerti.”
Aku
terkejut mendengar kata-kata istriku dan saya hanya bisa menjawab dengan
jawaban ,”Ya”. Walau dalam hati berkata memangnya bisa macem-macem selama
menunaikan ibadah haji?
“Mas
pun pengen juga beribadah dengan baik selama berada menjalankan ibadah haji”
Jawab saya. Padahal sebenarnya pengen juga kumpul bareng istri selama di Arab
Saudi (ya sudahlah…red)
Tapi
sebenarnya perkataan istri saya itu adalah di dalam kekhawatiran bahwa dia
tidak bisa menjalankan ibadah haji secara penuh mengingat dia adalah perempuan
dan kadang waktu datang bulan (menstruasi) sudah diprediksi bahwa akan datang
saat kami menjalankan ibadah haji dan selama kami berada di Makkah. Walaupun
istri saya makan obat untuk menjaga agar tidak menstruasi, tetap saja rasa
kekhawatiran itu ada. Saya pun mendoakan agar istri saya bisa tetap bertahan
untuk menstruasi selama menjalankan ibadah haji.
Sabtu
Sore itu kami melaksanakan Manasik Haji yang terakhir di Indonesia. Dalam
Manasik Haji diajarkan cara-cara untuk melaksanakan rukun Haji, wajib haji dan
juga aktifitas keseharian selama di Tanah Suci Makkah dan Madinah. Sebelum
Manasik Haji berakhir, ditutup dengan do’a oleh ustaz yang memberikan
pembekalan kepada kami. Banyak teman-teman jemaah haji yang menangis mendengar do’a-do’a
yang diucapkan tapi anehnya saya tidak menangis dan hanya bisa melongo dan
memperhatikan kenapa orang dengan mudahnya menangis. Dan dari manasik haji itu
akhirnya kami mendapat info bahwa ada 5-6 orang yang belum selesai visanya dan
tidak bisa berangkat bareng kami besok ke Madinah. Jadi Ustaz Ari yang
rencananya berangkat bersama kami besok, akhirnya tetap tinggal di Jakarta
sambil menunggu 5-6 orang yang masih berada di Australia.
Setelah
selesai Manasik Haji, kami pun makan malam dan setelah itu kami pun
beristirahat untuk bersiap-siap melaksanakan perjalanan jauh ke Madinah.
Hari
Minggu, 14 September, sebelum subuh tiba, kami melaksanakan sholat Tahajjud
bersama-sama dan banyak juga jemaah haji yang hadir di musholla. Di samping
memohon agar diberi kelancaran dalam menjalankan ibadah haji juga agar diberi
kemudahan kepada 5-6 orang teman jemaah haji yang masih belum selesai proses
visa hajinya. Dan setelah sarapan pagi kami bersiap-siap untuk berangkat
Bandara Soekarno Hatta dan jadwal kumpulnya jam 11 siang. Saya sempatkan diri
jalan-jalan ke Pasar Tanah Abang untuk mencari sesuatu dan sekalian mencari
makanan Jakarta. Tapi karena masih pagi, jarang toko yang buka dan juga itu
hari minggu jadi daerah sekitar Tanah Abang masih sepi dari pengunjung.
Akhirnya
saya memutuskan untuk kembali ke Hotel karena khawatir akan terlambat dan
setidak-tidaknya bisa istirahat sebentar di kamar hotel sebelum kumpul. Istriku
tidak mau diajak ke tanah abang karena nampaknya dia lebih focus ke ibadah.
Karena saat aku tinggalkan di kamar, dia sedang mengaji. Dan saya tidak mau
mengganggu kekhusukan istriku dalam beribadah.
Pukul
11 siang kami berkumpul di Lobby Hotel Mellinium untuk absensi sebelum
berangkat ke Bandara Soekarno Hatta. Kami tidak membawa koper-koper kami dimana
koper-koper kami sudah berangkat lebih dahulu ke Bandara agar mudah dalam
pengurusannya. Jadi hanyalah tas ransel dan tas kecil lainnya yang kami bawa di
dalam pesawat nantinya. Sebelum berangkat kami pun berdo’a kembali agar 5-6
orang teman kami yang satu rombongan yang masih belum beres urusan visa hajinya
segera diperlancarkan dan bisa berangkat haji secepatnya. Dan lagi-lagi saya
tidak menangis diantara jemaah lain nya yang menangis. Mereka begitu khusuknya
mendengarkan do’a dari Ustaz Ari sehingga mereka bisa menangis sedangkan saya
lagi-lagi belum bisa khusuk berdo’a dan bisa menangis. Jadi kadang merasa tidak
enak juga jadinya.
Akhirnya
kami berangkat dengan menggunakan dua bus menuju ke Bandara dan rupanya ada
satu jemaah haji yang tertinggal di hotel karena Beliau itu sakit dan berangkat
sendirian. Dan kami tahunya dari petugas hotel yang menghubungi salah satu
pihak Raudoh. Tapi untunglah ada ada jemaah yang mempunyai saudara yang saat
itu juga mengiringi bus kami, jadi keluarga jemaah haji itu kembali ke hotel
untuk menjemput jemaah yang tertinggal tadi sedangkan bus kami menunggu di
pinggir jalan. Setelah proses penjemputan selesai dan jemaah yang tertinggal
itu naik bus, kami pun melaksanakan perjalanan kami ke Bandara sambil membaca
“Labaik Allah Humma Labaik, Labaik Sarikala Labaik, Innal Hamda Wannikmata
Walakal Mul Lasari Kala”
Setiba
di Bandara, kami berpencar untuk mencari makan dan juga menukar uang dollar
Australia ke uang rupiah, khusus untuk makan. Setelah sholat Zuhur dijamak
dengan sholat Azar, kami pun berkumpul kembali dan selalu saja saya sempatkan
bersedekah baik di musholla maupun di penjaga toilet, tujuan saya bersedekah
adalah berharap amal ibadah saya itu akan menjaga saya dan istri saya selama
saya berada di Tanah Suci.
Setelah
proses imigrasi selesai , kami masuk ke ruang tunggu tapi sebelumnya kami
sempatkan diri untuk makan malam di sekitaran Bandara dan tentunya tidak aneh
bilamana harga makanan disana sama kayak harga makanan di Australia, tapi
karena kami perlu makan malam, akhirnya kami santap juga makanan kami. Tapi
istri saya marah dengan saya , akibat dari menu makanan yang saya makan ,
dimana saya memesan Tom Yam, nasi dan minuman kopi Gingseng. Dimana makanan itu
tidak seharusnya dimakan saat melaksanakan perjalanan jauh menggunakan pesawat.
Tapi saya cuek saja dan tetap saja makan makanan yang saya pesan.
Setelah
masuk ke ruang tunggu, akhirnya kami berangkat menuju ke Madinah tapi kami transit
dahulu di Abu Dhabi. Tapi kami tidak memakan pakaian ihram karena pesawat kami
tidak melewati Miqat. Kami menggunakan pesawat Itihat Airlines.
No comments:
Post a Comment