Corporate social responsibility ("CSR" for short, and also called corporate conscience, citizenship, social performance, or sustainable responsible business[1]) is a form of corporate self-regulation integrated into a business model. CSR policy functions as a built-in, self-regulating mechanism whereby business monitors and ensures its active compliance with the spirit of the law, ethical standards, and international norms. The goal of CSR is to embrace responsibility for the company's actions and encourage a positive impact through its activities on the environment, consumers, employees, communities, stakeholders and all other members of the public sphere. Furthermore, CSR-focused businesses would proactively promote the public interest by encouraging community growth and development, and voluntarily eliminating practices that harm the public sphere, regardless of legality. CSR is the deliberate inclusion of public interest into corporate decision-making, and the honouring of a triple bottom line: people, planet, profit.
The term "corporate social responsibility" came in to common use in the early 1970s, after many multinational corporations formed. The term stakeholder, meaning those on whom an organization's activities have an impact, was used to describe corporate owners beyond shareholders as a result of an influential book by R. Edward Freeman, Strategic management: a stakeholder approach in 1984.[2] Proponents argue that corporations make more long term profits by operating with a perspective, while critics argue that CSR distracts from the economic role of businesses. Others argue CSR is merely window-dressing, or an attempt to pre-empt the role of governments as a watchdog over powerful multinational corporations.
CSR is titled to aid an organization's mission as well as a guide to what the company stands for and will uphold to its consumers. Development business ethics is one of the forms of applied ethics that examines ethical principles and moral or ethical problems that can arise in a business environment. ISO 26000 is the recognized international standard for CSR (currently a Draft International Standard). Public sector organizations (the United Nations for example) adhere to the triple bottom line (TBL). It is widely accepted that CSR adheres to similar principles but with no formal act of legislation. The UN has developed the Principles for Responsible Investment as guidelines for investing entities.
Tapi kenapa saya buka kisah mengenai CSR. Begini kejadiannya..
Pagi tadi, minggu, 23 Januari 2011, Perusahaan saya sekarang mengadakan bakti sosial alias CSR di salah satu Panti Asuhan kalau di Malaysia istilahnya Rumah Titian Kasih yang terletak di daerah Titi Wangsa Kuala Lumpur. Saya kurang tahu persis tempatnya tapi letaknya sekitar 100 meter dari Danau Titi Wangsa.
Jadi tadi kami tiba di sana sekitar pukul 8.30 Wib, dan tujuan kami ke sana adalah untuk berbagi dan membantu memperbaiki rumah tinggal atau merapikan halaman yang dimana sudah lama tidak diperbaiki atau dicat ulang. Dan adapun target kali ini adalah 2 buah rumah titian kasih. Dimana 1 rumah untuk asrama anak perempuan dan satu lagi asrama untuk anak laki-laki.
Saya nggak tahu berapa persisnya jumlah anak yatim dan piatu yang tinggal di panti asuhan ini tapi kalau saya lihat secara persis, ada sekitar 40 lebih anak yang di tampung di Panti Asuhan ini.
Jadi pagi harinya kami mendapatkan pengarahan dari pimpinan acara atau ketua panitia. Dan kami pun dibuat kelompok-kelompok dan tugasnya diberirikan per kelompok.
Adapun tugas-tugas kami di 2 rumah titian kasih adalah :
1. Membersihkan rumah baik itu mengepel, menyapu atau memperbaiki ventilasi rumah dan memperbaiki rak-rak buku. Dan merapikan semua yang ada di dalam rumah
2. Membersihkan halaman, rumput-rumput yang panjang dipotong, semua yang nampak berantakan dirapikan dan mengecat dinding pagar
Adapun alat-alat yang dipakai adalah alat cat (kuas) sikat, gunting rumput, sapu dll
Kain pel, martil dan semuanya yang berhubungan dengan pekerjaan lapangan hari ini.
Sebenarnya saya ditunjuk jadi ketua regu 13 dengan 8 orang anggota tapi yang hadir dalam CSR ini cuma 2 orang. Jadi saya mau ngatur kemana sedang pekerjaan banyak..
Jadi mau tak mau kami berbaur dengan goup lain untuk membersihkan halaman di rumah ke 2.
Dan program kunjungan ke panti asuhan kayak gini, ini baru kali pertama saya lakukan bersama perusahaan karena perusahaan saya sebelumnya kebanyakan mengundang anak yatim di dalam acara perusahaan.
Dan ide ini sebenarnya sangat menarik dan cukup menggugah hati. Dan memang keikhlasan memegang peranan penting dalam melaksanakan kegiatan ini.
Yang menariknya disini adalah kegiatan ini dilakukan oleh peserta dari 3 negara yang terlibat di dalam project PRR II dimana terbentuk dengan istilah consortium untuk mengerjakan proyek di PGB. Jadi tak heran nanti dalam photo-photo nampak wajah-wajah orang Korea Selatan, Indonesia dan Malaysia yang bekerja sama menyiapkan pekerjaan-pekerjaan yang diberikan dalam program CSR ini sebelum mengerjakan project yang lebih besar lagi di yaitu PRR II.
Program ini pun merupakan bagian dari program team building dimana untuk menyamakan suara atau bahasa dalam melaksanakan pekerjaan yang akan dihadapi ke depannya. baik 3 negara yang terlibat dalam consortium maupun 3 perusahaan yang terlibat dalam project PRR II yaitu HEC, PFCE dan PGB.
Tapi semua peserta tetap semangat mengerjakan pekerjaan tersebut. Mungkin karena memiliki rasa sosial yang tinggi dan kalau sebagai orang muslim rasanya wajib untuk menghadiri kegiatan ini. Kita jangan memikirkan misi perusahaan yang penting bagi kita adalah kita sebagai orang muslim mendapatkan pahala.
Dan saya cukup salut dengan orang korea yang hadir dalam acara tersebut . Mereka tak melihat mereka adalah engineer atau mereka adalah manager. Mereka cukup tanggung jawab menyelesaikan pekerjaan yang diberikan oleh ketua proyek PRR II (Perawatan Ruma-Rumah II) untuk Rumah Titian Kasih. Mereka ringan tangan dan mau membantu satu sama lainnya. Dan juga saya sangat salut terhadap pemuda-pemuda Malaysia teman kerja saya dimana mereka pun turut larut dengan kegiatan ini. Walau usia masih muda, rata-rata mereka mengerti dengan makna menyantuni anak yatim atau menyantuni orang jompo.
Namun sayang hasil dari kerja kami di Rumah Titian Kasih tak bisa saya tampilkan di sini, karena keburu cape dan betul-betul lupa. Tapi tak apalah yang penting keikhlasan untuk melaksanakan untuk mendapatkan redho Allah SWT.
Akhir dari kegiatan ini ditutup dengan makan siang bersama dan membagian bingkisan untuk anak yatim piatu dan orang-orang jumpo oleh pimpinan Project PRR II.
Dan setelah itu dilaksanakan photo bareng paserta kerja bakti dan anak-anak yatim. Mungkin ini kali pertama kegiatan ini diadakan di panti asuhan ini jadi hanya sebagian anak saja yang ikut dalam photo yang penting niatnya adalah keihklasan untuk berbagi dan merasakan penderitaan mereka dalam panti.
Dan mudah-mudahan semakin banyak orang yang perduli dengan penghuni panti asuhan atau panti jompo dapat menjadikan anak-anak panti tambah pintar dan pandai serta dapat membuat mereka tambah bisa mandiri menjadi anak yang soleh, solehah dan berbakti pada negara.
TOGETHER WE CAN MAKE IT BETTER
No comments:
Post a Comment