Suasana sore itu di Jakarta tengah dalam kondisi panas terik
tapi cenderung mau hujan dan Nampak dari kejauhan sebuah mobil melaju dengan
rada kencang membelah jalan ibukota Jakarta…
“Mang…cepetan dikit …Ntar terlambat kita”, kata seseorang
dari dalam taxi.
“Iya Mas …Don’t worry , saya sudah usaha nich tapi saya
nggak berani jalan diatas 80 km/jam. Saya merasa tak nyaman dan khawatir tak
mampu mengontrol kendaraan saya ini”, jawab si sopir taxi
“Ya udah mang , tak apalah yang penting selamat lah dan keluarga
mamang bahagia”, kata penumpang tadi..
“Memangnya pesawat mas jam berapa yach?”
“kok buru-buru amat yach?” tanya Pak Supir..
“Pesawat nya sekitar jam 11 malam lah, Mang Nanang”, kata
penumpang taxi itu dan rupanya si penumpang kenal dengan sopir taxi tersebut.
“Owala..Mas Sueb nich bagaimana kirain 2 jam lagi
pesawatnya?”
“Inikan masih jam 5 sorean dan sekitar 30 menit lagi kita
sudah sampai di bandara Soekarno Hatta. Dan ngapain buru-buru Mas“ kata Pak
Supir yang ternyata juga mengenal penumpangnya yang bernama Sueb.
Sambil tersenyum kecut , akhirnya sueb menjawab bahwa dia
belum pernah mengadakan perjalanan ke luar negeri dan khawatir terlambat pada
proses antrian di pelaporan pesawat dan proses imigrasi di Bandara.
“Oh Begitu eb,? “
“Tenang sajalah khan masih lama. Nanti mamang akan antar
sueb di Terminal G dimana pesawat garuda tujuan luar negeri biasa bersandar.”
“Nanti sueb tinggal masuk ke dalam dan check schedule
pesawat dan bilamana Boarding Open , Sueb masuk aja ke dalam ruangan untuk
lapor tiket dan setelah itu baru sueb ke Imigrasi dan setelah semua beres, Sueb
langsung masuk ke ruang tunggu”
“Tapi nanti tunjukkan saja passport dan visa nya juga,” kata
mang nanang menjelaskan panjang lebar.
“Ya Mang.., makasih diingatkan”, jawab Sueb.
Sekitar 40 menit, taxi berjalan menuju ke bandara dan
sedikit ada kemacetan di lampu merah sehingga mobil berjalan agak
tersendat-sendat. Akhinrya tiba jualah di Terminal F Bandara Soekarno Hatta.
Taxi kemudian menepi untuk mencari posisi luang untuk menurunkan penumpang.
“Mang Nanang, berapa argonya”, tanya Sueb sambil mau
mengambil dompet dari kantong celananya..
“Ach..kau bisa aja Sueb..Nggak usahlah..”
“Ayahmu semalam sudah kasih uang ke Mang Nanang untuk
ngedrop Mas Sueb di Bandara”, Jawab Mang Nanang.
Rupanya Mang Nanang kenal dengan Ayahnya Sueb. Sehingga pun
Sueb tidak jadi membayar ongkos taxi yang dikemudikan oleh Mang Nanang,
Pamannya Sueb..
“Kalau begitu, Makasih Mang Nanang”, kata Sueb sambil
memberi salam.
“Berani kamu di bandara sendirian?”
“Kalau nggak berani , ntar mamang temani kamu di sana”
“Tapi mamang mau cari parkir dahulu dan mamang temani kamu
sampai kamu masuk ke ruang tunggu”, kata mang nanang lagi. Sambil melihat
memperlihatkan ke Sueb bahwa waktu pada saat itu sekitar jam 6 lewat 15 menit.
“Nggak usahlah mang..Sueb bukan anak kecil lagi..
“Lagi pun Sueb bisa nongkrong di Lounge”
“Ini pun dah masuk
maghrib..”, kata Sueb menjelaskan.
Mang Nanang mash mengganggap Sueb masih anak kecil saja
dimana sejak kecil Sueb dekat dengan pamannya itu termasuk mengasuh Sueb karena
Ayah Sueb sibuk kerja di kebun. Dan Sejak SMP, Sueb sudah sekolah di Kota. Jadi
selama Sueb di kota bersama kakak sueb diasuh oleh mamang sueb.
Setelah mang nanang berlalu dari hadapan sueb. Sueb pun
masuk ke dalam terminal Bandara..
Selepas Sholat Maghrib dan berdoa agar diberi kemudahan
dalam penerbangan ke Australia. Sueb melihat jam di tangannya dan menunjukkan
pukul tujuh malam. Ada rasa kecewa terlihat di wajah Sueb melihat ke Hp nya
bahwa tidak ada satu sms pun yang hadir di dalam layar hp nya..Padahal dia
berharap ada sms yang masuk dari seseorang yang diharapkannya..
Seseorang itu adalah wanita yang bernama Anisa, tapi
nyatanya memang tak ada, sampai akhinya Sueb masuk ke dalam bandara untuk
issued tiket di Jam Delapan Malam, sms dari Anisah tidaklah masuk, apalagi
orangnya..Setelah proses imigrasi selesai dan Sueb masuk ke ruang tunggu. Sueb
sudah memasrahkan diri bahwa Anisah tidak akan pernah hadir untuknya kembali.
Anisah adalah pacar Sueb yang tinggal di Jakarta dan Sueb
pernah melakukan kesalahan dimana saat di kerja di Kuala Lumpur, Sueb dekat
dengan seorang yang bernama Suaidibah. (Baca Buku “Cinta Ibarat Kereta
Api”…red). Dan Anisah akhirnya tahu kedekatan Sueb dengan Suaidiba, gadis
Malaysia. Padahal kedekatan mereka hanyalah sebagai teman dan itu tidak bisa
dimengerti oleh Anisah..
Sueb sudah berusaha untuk menjelaskan ke Anisah bahwa
Suaidiba bukan pacarnya tapi Anisah tidak juga mau mengerti dan sampai suatu
malam. Sueb sengaja mampir ke rumah Anisah untuk pamitan kalau dia mau
berangkat ke Australia untuk bekerja di sana. Namun apa yang dilihatnya ketika
itu dilihatnya Anisah tengah duduk di ruang tahu dengan seorang cowok yang tak
seganteng sueb. Tapi nampaknya disukai oleh Anisah..Dari sikap dan gerak tubuh
Anisah memperlihatkan seperti itu. Anisah tidak salah tingkah dengan Sueb dan
malah cuek saja melihat kedatangan Sueb..
“Kenalkan ini Steven” kata Anisah
“Steven, kenalkan ini Sueb”, kata Anisah lagi..
Ada rasa sakit hati di dada Sueb kala itu dan Sueb mencoba
sabar dan tenang menghadapi cobaan itu..
“Hai Steven..Saya Sueb”, sambil menjulurkan tangannya untuk
berkenalan dengan Steven sambil kemudian duduk.
“Oh yach ..Ada apa yach Sueb?” tanya Anisah memecah
kesunyian
“Oh nggak , sebenarnya saya mau pamitan ke kamu ,
kalau besok malam,
saya mau berangkat ke Australia jam 11 malam”
“Mau cari kerjaan di Sana kebetulan Kak Evi ada di sana”,
kata sueb.
“Oh okelah kalau begitu, Selamat Jalan Aja yach”, jawab
anisa cuek dan sambil bercerita dengan Steven..
Setelah mereka mengobrol bersama dan Nampak sueb sedikit
risih dengan sikap Anisa ke Steven, dan akhirnya Sueb pamit karena harus
beres-beres dahulu. Dengan kesedihan yang mendalam akhirnya Sueb meninggalkan
rumah Anisa dan berlalu dari hadapan mereka berdua.
Nampaknya kata putus sudah kekal dihati anisa dengan
pembuktian dihadapan sueb barusan.
No comments:
Post a Comment